-->

Psikologi Kehilangan: Antara Melepaskan dan Mengikhlaskan

 

Terima Kasih, Sudah Dipinjamkan

Saat kita kehilangan sesuatu, Tuhan akan menggantinya dengan sesuatu yang berkali-kali lipat baiknya.

Jika ada sesuatu yang ingin  diapresiasi, kurasa tidak ada hal yang lebih hebat daripada rasa sabar saat kehilangan seseorang yang disayang, terutama keluarga maupun orang yang dicinta.

Terkadang, saya berpikir bahwa mungkin bentuk kehilangan ini adalah sebab salah satu doa yang kupanjatkan. Bisa saja kehilangan ini bentuk perlindungan Tuhan terhadap sesuatu yang akan sangat menyakitiku di masa depan, yang mungkin saja jika itu terjadi, aku takkan sanggup menghadapinya.

Kadang kita terlalu sibuk bertanya, “Kenapa diambil?”, padahal seharusnya kita belajar untuk berkata, “Terima kasih sudah dipinjamkan.”

Kita sering lupa bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan, termasuk orang-orang yang paling kita sayangi.

Tuhan tidak pernah ceroboh. Tuhan tidak mungkin mengambil sesuatu tanpa maksud. Dan ya, Tuhan lebih menyayangi mereka dibanding kita. Tuhan lebih mengerti cara menjaganya, lebih tahu waktu yang tepat untuk berkata, “Cukup sampai di sini.”

Kamu kehilangan? Aku juga. Tapi perlahan-lahan aku belajar, bahwa kehilangan itu bukan hukuman, melainkan cara Tuhan mengajak kita kembali, mengajak kita sadar, bahwa pada akhirnya semua ini tentang pulang.

Dan tenang saja, kita akan menyusul satu per satu. Tinggal menunggu giliran. Jadi daripada terlalu banyak bertanya, lebih baik kita banyak percaya.

Ingat, mereka yang sudah lebih dulu pergi tidak membutuhkan air mata kita, tetapi membutuhkan doa yang kita kirim setiap malam, saat semua orang sudah tertidur dan kamu masih terjaga sambil bertanya dalam hati, “Aku kuat tidak, ya?”

Jawabannya: kamu kuat. Karena Tuhan tidak pernah salah memilih orang untuk diuji.

Pembelajaran hari ini

Aku selalu berpikir, mungkin kehilangan ini adalah cara Tuhan melindungi kita dari sesuatu yang belum kita ketahui, tapi Tuhan sudah tahu.

Kita sering tidak memahami alasan di balik suatu peristiwa, tetapi perlahan aku menyadari — tidak semua yang hilang adalah kerugian. Kadang, itu justru perlindungan.

Sejujurnya, hatiku sudah lama memberi tanda bahwa ada hal-hal yang membuatku menentangnya.

Semacam intuisi, bahwa jika hubungan ini diteruskan, suatu hari nanti akan sangat menyakitkan.

Semacam, saat dunia tidak berpihak pada kita, dia tidak membela kita, padahal kita adalah rekannya. Saat kita berjalan dan berjuang, dia membiarkan kita melangkah sendirian.

Ketika kita membeli sesuatu, dia membiarkan kita yang berkorban.

Bahkan saat dia mengatakan sedang mencari jalan untuk ekspor, hatiku tah, bukan itu yang sebenarnya terjadi. Kalau pun iya, seharusnya sejak awal dia mampu terbuka.

Namun di sisi lain, aku juga bertanya pada diriku sendiri:

“Apakah semua ini karena aku hidup terlalu lama dalam bayang-bayang trust issue hingga selalu muncul kecurigaan-kecurigaan semacam itu?”

Ada kalanya bersamanya terasa sepi, meski di sisi lain juga ada momen-momen yang menyenangkan.

Sayangnya, kami berdua sama-sama belum mampu benar-benar percaya satu sama lain.

Jika aku boleh berkata jujur, aku ingin berterima kasih. Aku akan selalu bangga dengan setiap pencapaian dia, karena bagaimana pun, aku tidak bisa membohongi hatiku bahwa aku menyayangi dia.

Terlepas dari semua kehilangan dan perpisahan, aku belajar banyak hal.

Mungkin ini adalah jawaban dari doaku selama ini, agar aku tidak salah memilih orang.

Seseorang yang seharusnya aku cari bukanlah yang hanya hadir, tapi yang benar-benar membela kita.

Bukan seseorang yang mudah terpengaruh oleh bisikan kanan-kiri, melainkan seseorang yang akan selalu berpihak pada kita.

Seseorang yang tidak akan membiarkan kita merasa kesepian, yang hidupnya penuh rencana dan masa depan, namun juga mampu mengeksekusinya.

Seseorang yang akan berdiri di depan ketika kita direndahkan, bukan justru ikut merayakan dengan mereka yang pernah menyakiti kita.

Aku ingat satu perjalanan di Cirebon — di sana hatiku dipenuhi kebimbangan.

Aku tahu, seseorang yang peduli pada kita seharusnya tidak akan bersikap baik kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Dan mungkin, dari situlah aku mulai memahami semuanya.

Mungkin ini juga alasannya mengapa rezeki kita terus lancar dan jalan kita selalu terbuka.

Tuhan tahu, hati kita terlalu murni untuk seseorang yang penuh dengan manipulasi.

Dia mungkin terlihat baik, tapi di baliknya bisa berbahaya, karena permainannya selalu di belakang layar.

Sementara kita adalah orang yang apa adanya, jujur, dan tidak pandai berpura-pura.

Kita tidak terbiasa bermain peran atau mengikuti arus gosip.

Jalan kita memang sepi, tapi kita berjalan dengan kejujuran, dengan kepercayaan, dan di dunia yang berbeda dari mereka.

Pembahasan dari Kacamata Psikologi

Seseorang perempuan berjalan sendirian di jalan panjang dengan latar senja yang berubah menjadi malam. Di sepanjang jalan ada bayangan-bayangan samar (melambangkan kenangan dan orang yang ditinggalkan)

Ada fase dalam kehidupan emosional manusia di mana seseorang sadar bahwa hubungan tertentu tidak sehat, tetapi bagian terdalam dari dirinya masih menolak untuk melepaskan. 

Ini bukan kelemahan, melainkan refleksi dari ikatan emosional (emotional attachment) yang terbentuk selama proses hubungan. 

Dalam psikologi, ikatan ini berakar pada sistem keterikatan (attachment system) yang bekerja sangat kuat, bahkan melampaui logika. 

Ketika seseorang terhubung secara emosional, terutama dengan sosok yang pernah memberi rasa aman, kebahagiaan, atau validasi diri, otak akan terus mengasosiasikan kehadiran orang itu dengan rasa nyaman. 

Itulah sebabnya, meski secara sadar seseorang tahu hubungan itu tidak lagi baik, bawah sadarnya masih terus menginginkan kehadirannya.

Fenomena ini sering disebut sebagai “trauma bonding” atau “intermittent reinforcement” — di mana hubungan diwarnai oleh pola pemberian kasih sayang yang tidak konsisten. Kadang penuh cinta, kadang penuh luka. 

Pola naik-turun inilah yang justru membuat keterikatan semakin kuat, karena otak kita berusaha mencari “hadiah emosional” berikutnya setelah periode ketidakpastian. 

Hal ini mirip dengan mekanisme kecanduan, di mana seseorang tidak kecanduan pada orangnya, tapi pada sensasi yang dihasilkan hubungan tersebut.

Dari sisi psikologi cinta, kondisi ini juga berkaitan dengan dopamin dan oksitosin, dua hormon yang menciptakan rasa bahagia dan kedekatan. 

Ketika seseorang mengingat momen baik bersama mantan pasangan, tubuh kembali melepaskan dopamin, menimbulkan ilusi seolah hubungan itu masih layak diperjuangkan. Padahal, yang sebenarnya dirindukan bukanlah orangnya, melainkan rasa yang pernah muncul saat bersamanya.

Namun, memahami bahwa kita masih “menginginkan” seseorang bukan berarti kita gagal move on. Itu justru menandakan proses penyembuhan (healing) yang sedang berjalan. 

Perasaan itu hadir untuk memberi tahu bahwa kita pernah mencintai dengan tulus, dan kehilangan sesuatu yang bermakna memang akan menimbulkan luka yang butuh waktu untuk pulih. 

Kuncinya bukan menolak perasaan itu, melainkan mengakuinya dengan sadar: “Ya, aku masih merindukannya, tapi aku juga tahu alasanku harus melangkah.”

Secara psikologis, tahap ini dikenal sebagai “acceptance of emotional ambivalence”, yaitu penerimaan terhadap dua emosi yang bertolak belakang — cinta dan kehilangan, harapan dan realitas. 

Orang yang mampu mengakui keduanya tanpa menyangkal atau menekan perasaan biasanya akan lebih cepat pulih secara emosional.

Pada akhirnya, yang kita pelajari bukan sekadar tentang cinta yang hilang, melainkan tentang kematangan emosional — kemampuan untuk tetap menyayangi seseorang tanpa harus memilikinya, dan memahami bahwa cinta sejati tidak selalu berarti memiliki, tetapi mendoakan dari jauh tanpa kebencian.

Apakah kamu ingin curhat online gratis via WhatsApp? Yuk, sampaikan cerita yang tidak bisa lagi kamu pendam! Kami menyediakan ruang #curhatonlinegratis untuk setiap masalah yang kamu alami. Yuk, kunjungi ruang curhat online.

Cerita yang kamu alami dapat di-publish di situs kami sehingga dapat menghubungkan setiap orang dengan masalah serupa. Namun, kamu juga dapat memilih supaya cerita tersebut tetap sebagai privasi dengan sebuah persetujuan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>