-->

Filosofi Bambu untuk Menjadi Gen Z Tangguh yang Siap Tumbuh

filosofi bambu

Pernah melihat seseorang yang kelihatannya biasa saja, yang mungkin tidak banyak bicara, hidupnya sederhana, tapi tahu-tahu kariernya melejit, kondisi keuangannya stabil, bahkan bebas dari utang? 

Dari luar, terlihat seperti sukses mendadak. Padahal, mungkin yang kita lihat hanya hasil akhirnya. Di baliknya, ada proses panjang yang tidak terlihat. Seperti filosofi pohon bambu.

Filosofi Pohon Bambu: Diam-diam Mengakar

Saya jadi ingat filosofi pohon bambu. Selama 5 tahun pertama hidupnya, dia gak menunjukkan progress apa-apa di permukaan tanah. Tanahnya datar, batang pun gak kelihatan, bahkan daunnya juga nihil.

Tapi setelah itu, dalam 5 minggu, pohon bambu bisa tumbuh puluhan meter dengan suburnya. Kok bisa? Karena selama 5 tahun sebelumnya, akarnya bekerja diam-diam, tumbuh jauh ke dalam tanah. Bambu tahu, untuk berdiri kokoh di atas, dia harus kuat dulu di dalam.

Jadi, pertanyaannya: apakah bambu tumbuh dalam 5 minggu atau 5 tahun? Jawabannya: tetap 5 tahun. Karena semua itu dimulai dari akar yang kuat. Filosofi ini mengajarkan kita bahwa proses yang kelihatan “gak ada hasil” itu bisa jadi justru yang paling penting.

Baca juga: Leadership Skill yang Harus Dimiliki Pemimpin, Apa Saja? Berdasarkan Pengalaman Nyata!

Apa itu filosofi bambu?

Filosofi bambu adalah pendekatan hidup yang terinspirasi dari cara pohon bambu tumbuh dan bertahan dalam berbagai kondisi. Filosofi ini menggambarkan ketekunan, kekuatan dalam diam, dan kelenturan menghadapi tantangan. Berikut inti dari filosofi bambu:

  1. Akar dulu, hasil kemudian
    Selama bertahun-tahun pertama, pohon bambu tidak menunjukkan pertumbuhan berarti di permukaan tanah. Namun di bawah tanah, ia sedang menumbuhkan akar yang sangat dalam dan kuat. Ini melambangkan bahwa proses penting seringkali tidak terlihat, dan kesuksesan yang besar memerlukan fondasi yang kokoh, baik secara mental, emosional, maupun spiritual.

  2. Tumbuh cepat saat waktunya tiba
    Setelah akar siap, bambu bisa tumbuh puluhan meter hanya dalam beberapa minggu. Ini mengajarkan bahwa hasil besar bisa datang dengan cepat ketika kita sudah siap, meskipun persiapannya butuh waktu lama dan tidak semua orang melihatnya.

  3. Lentur, bukan lemah
    Bambu sangat lentur, bisa membungkuk saat diterpa angin, tapi tidak patah. Ini menunjukkan pentingnya kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan tidak keras kepala dalam menghadapi tekanan. Kadang kita tidak perlu melawan masalah, tapi cukup menyesuaikan diri dan bertahan sampai badai berlalu.

  4. Kosong di dalam, tapi kuat di luar
    Bambu itu berongga di dalam, yang melambangkan kerendahan hati dan keterbukaan. Ia kuat, tapi tidak sombong. Ini adalah simbol bahwa kebijaksanaan tidak selalu datang dari banyak bicara, tapi dari kesediaan untuk mendengarkan dan terus belajar.

Jadi, filosofi bambu bukan hanya soal ketahanan atau pertumbuhan, tapi tentang bagaimana manusia bisa menjalani hidup dengan sabar, penuh harapan, dan tetap lentur menghadapi dunia yang berubah-ubah.

Baca juga: Membangun Startup dan Menjadi Pemimpin: Antara Luka, Harapan, dan Penyesalan

Tidak Menolak Masalah, Tapi Adaptif Menghadapinya

Bambu punya sifat lentur, bahkan saat angin besar menerpa. Dia tidak patah, tidak melawan, tapi menyesuaikan. Dan itu juga cara terbaik manusia hidup di tengah badai masalah.

Ketika kita hadapi tekanan hidup, bukan soal jadi keras kepala atau lari darinya. Tapi bagaimana kita bisa lentur, mengikuti alur, tapi tetap berdiri tegak setelah badai lewat. Kadang kita cuma perlu bertahan dan percaya: masa ini sedang membentuk akar kita.

Cerita saya mungkin relevan, kurang lebih sekitar akhir 2019, saat pertama kali bangun blog pribadi. Waktu itu saya memutuskan membeli rich domain—atau apalah istilahnya—pokoknya saya salah beli. Harusnya cukup domain, tapi saya malah beli sepaket sama hosting.

Alhasil saya dipaksa belajar soal hal-hal teknis yang sebelumnya nggak pernah saya sentuh: setting CPanel, otak-atik database, keamanan website, setting plugin, optimasi website, frontend, dan backend. Pernah juga sampai jam dua pagi, saya ngerjakan penyebab error website yang tidak bisa diakses sama sekali di depan laptop sambil menangis, nggak tahu harus ngapain.

Waktu itu saya sempat bodoh amat, udah biarin aja, udah mau nyerah. Tapi akhirnya saya balik lagi, utak-atik pelan-pelan. Dan semesta baik: saya ketemu teman di Medium yang mau bantuin dan akhirnya masalahnya selesai.

Akar yang Terus Tumbuh Diam-diam

Filosofi hidup pohon bambu

Ternyata pengalaman itu bukan cuma tentang website. Tapi latihan untuk menghadapi krisis di masa depan. Saat Oktober 2020, saya benar-benar down karena tekanan keluarga yang ingin saya kerja lagi setelah saya kena PHK dari Kimia Farma sekitar September 2020.

Saya merasa gagal total waktu itu. Sampai akhirnya, secara tak terduga, November 2020, masuk pesan LinkedIn dari seorang headhunter. Headhunter tersebut menawarkan posisi SEO Content Writer di platform kesehatan besar, hasil kolaborasi Grab Health dan Maybank.

Saya paling ingat sesi assignment-nya. Ternyata pengalaman saya ngulik WordPress dan kesalahan saya beli hosting itu jadi kunci. Saya paham soal struktur website, SEO teknikal, dan itu jadi nilai lebih. Seandainya saat itu diri saya tidak push untuk belajar dari kesalahan dan tantangan, saya mungkin tidak akan mendapatkan kesempatan ini.

Dan ternyata saya diterima. Gaji per bulan bisa sampai 6–7 juta lebih, dihitung dari jumlah artikel yang saya selesaikan setiap hari. Ini momen titik balik yang bikin saya sadar: pengalaman pahit itu bukan sia-sia, tapi investasi.

Dari pengalaman itu pula menyadarkan saya bahwa seakan kesalahan tersebut memang sengaja di-setting oleh Tuhan supaya saya siap menerima tanggung jawab yang lebih besar di masa depan. Tentang saya dan Tuhan juga memiliki banyak cerita yang membuat saya menyadari banyak hal.

Proses yang Tidak Tampak, Tapi Nyata

Kita seringkali hanya melihat “hasil akhir” orang. Tapi lupa bahwa mungkin mereka sudah menanam akar bertahun-tahun lamanya. Akar yang tidak terlihat, tapi menopang seluruh hidupnya hari ini.

Seperti pepatah Jepang bilang, “Keberuntungan itu datang pada mereka yang siap.” Atau kalau kata pepatah Jawa, alon-alon asal kelakon. Pelan-pelan aja, tapi konsisten. Karena Tuhan sedang mempersiapkan ladang yang lebih besar untuk dituai nanti.

Saat hidup terasa tidak bergerak, bisa jadi kita sedang membentuk akar. Sama seperti bambu, pertumbuhan besar sering kali diawali dengan fase sunyi dan tanpa sorotan. Justru di situlah kekuatan dibangun, secara perlahan, tapi pasti.

Kalau hari ini kamu merasa belum sampai ke mana-mana, mungkin kamu sedang membentuk fondasi. Bertahanlah. Karena saat waktunya datang, kamu akan tumbuh tinggi dan kuat menghadapi apapun yang datang.

Apakah kamu ingin curhat online gratis via WhatsApp? Yuk, sampaikan cerita yang tidak bisa lagi kamu pendam! Kami menyediakan ruang #curhatonlinegratis untuk setiap masalah yang kamu alami. Yuk, kunjungi ruang curhat online.

Cerita yang kamu alami dapat di-publish di situs kami sehingga dapat menghubungkan setiap orang dengan masalah serupa. Namun, kamu juga dapat memilih supaya cerita tersebut tetap sebagai privasi dengan sebuah persetujuan

Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>