-->

Berlarilah Kemanapun, Jika Kau Milikku, Kau Milikku

seni berdamai dengan takdir

Di antara riuhnya kehidupan,

ada hati yang mencari pelabuhan,

bukan sekadar singgah, tapi tempat kepulangan,

di mana lelah luruh menjadi ketenangan.

Di sana, cinta bukan sekadar perasaan,

ia menjelma menjadi rumah dan perlindungan,

tempat jiwa tak lagi berjuang sendirian,

tempat rindu bertemu rasa aman.

Seni berdamai dengan takdir

Rasa-rasanya saya begitu akan sangat cocok menjadi aktivis kesehatan mental. Sebab begitu banyak pengalaman yang mungkin bisa saya bagikan dan menjadi ispirasi bagi teman-teman untuk bertahan. Beberapa hal yang mampu saya temukan dari perjalanan saya yang panjang ini adalah tentang "rasa tenang".

Begitu banyak manusia mengharapkan rasa tenang, yang mampu tumbuh dari seseorang, yang kita temukan di tengah perjalanan.

Saya menemukannya. Rasa tenang ini akan muncul saat kita bersama seorang pria dengan lembut, sabar, dan konsisten menunjukkan rasa sayangnya. Di situlah sistem saraf kita sebagai perempuan mulai pulih, bukan lagi dalam mode waspada. Dalam rasa sayang itu, jiwa perempuan akan mulai merasa aman.

Itulah sebabnya, beberapa perempuan bisa terlihat begitu bersinar ketika mereka dicintai dengan benar. Bukan hanya soal cinta, tapi tentang rasa aman secara emosional.

Namun, tidak banyak seorang pria berhasil ada di stage ini. Hanya mereka yang telah melewati begitu banyak rasa sakit, mampu jujur dan telah berhasil berdamai dengan luka-lukanya akan mampu menjadi pria yang memberikan rasa aman.

Karena itu, saya berpendapat, walau terkadang berat, dicintai adalah pilihan paling tepat ketika memutuskan menikah dengan seseorang. Seseorang pria yang mampu menunjukkan rasa cinta dan sayang, serta dia memandang kita sebagai perempuan adalah seseorang yang harus dilindungi.

Dalam perjalanan panjang memahami arti rasa tenang, saya menyadari bahwa apa yang saya alami ternyata sudah Allah jelaskan jauh sebelum saya lahir. Dalam QS. Ar-Rum:21, Allah berfirman bahwa Dia menciptakan pasangan dari jenis kita sendiri, "supaya kamu merasa tenteram kepadanya", dan bahwa di antara pasangan itu Dia letakkan mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).

Bunyi terjemahan resminya (Kemenag RI):

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini seakan menjadi cermin dari pengalaman saya: rasa tenang itu memang tumbuh ketika ada seorang pria yang dengan lembut, sabar, dan konsisten menunjukkan kasih sayang. Itu adalah wujud nyata mawaddah dan rahmah. Saat itu terjadi, sistem saraf perempuan mulai pulih, tidak lagi berada dalam mode waspada, dan jiwa perempuan mulai merasa aman.

Ketika rasa aman itu hadir, seorang perempuan akan memancarkan sinar yang berbeda. Bukan semata-mata karena ia dicintai, tapi karena ia berada dalam hubungan yang selaras dengan fitrah penciptaan: saling menenangkan, saling menguatkan.

Namun, ayat ini juga mengingatkan bahwa tidak semua orang siap berada di tahap ini. Hanya pria yang telah belajar dari luka, berdamai dengan masa lalunya, dan memahami tanggung jawabnya yang mampu menjadi sumber ketenangan. Dalam bahasa ayat, ia adalah seseorang yang mampu menunaikan perannya sebagai nahkoda yang membawa bahtera rumah tangga dengan cinta dan kasih sayang.

Bagi saya, memilih untuk dicintai oleh sosok seperti itu bukan sekadar keputusan pribadi, tetapi juga langkah untuk hidup dalam harmoni dengan prinsip yang Allah tetapkan sejak awal: bahwa pasangan diciptakan untuk menghadirkan sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>