Ahmad Royin Hijaukan 32 Hektare di Jabungan, Banyumanik
Ahmad Royin (45), anggota kelompok tani di Jabungan, Banyumanik, Kota Semarang, menjadi salah satu penggerak program konservasi bersama LindungiHutan sejak 2022.
Lebih dari 15 ribu pohon telah ditanam di lahan milik Perhutani, sebagian besar berupa alpukat yang diharapkan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat. Jenis pohon lain seperti durian dan jati juga ditanam sebagai tanaman penunjang.
“Pertama kali menanam dengan LindungiHutan di bulan Juli 2022. Sayangnya, karena kemarau panjang, banyak pohon yang mati,” kenang Ahmad Royin.
Catatan kelompok menunjukkan hanya sekitar 60% bibit yang mampu bertahan hingga musim hujan berikutnya. Sebagian bisa terselamatkan berkat inisiatif warga yang mengalirkan air melalui pipa sederhana ke lahan berbukit.
Jabungan Mulai Hijau, Ekonomi Warga Masih Menunggu
Meski belum sepenuhnya berhasil, dampak positif sudah mulai dirasakan. Udara lebih sejuk, tanah perlahan lebih subur, dan sumber air baru muncul karena efek resapan. “Dulu nanem singkong nggak bisa tumbuh. Sekarang sudah banyak perubahan,” ujar Ahmad Royin.
Namun, dari sisi ekonomi, warga mengakui hasilnya belum terlihat nyata. Alpukat sebagai tanaman jangka panjang membutuhkan waktu dan perawatan lebih intensif.
“Mungkin 2–3 tahun lagi baru ada hasil. Sekarang baru hijau saja,” katanya. Tidak heran, sebagian anggota kelompok tani masih kurang berminat karena merasa hasilnya belum cepat dirasakan.

Untuk sementara, warga menyiasati dengan menanam tanaman semusim di sela pohon alpukat, seperti kacang tanah dan jagung, agar lahan tetap produktif.
Pendekatan ini mirip praktik agroforestri yang umum dipakai di banyak daerah untuk mengombinasikan fungsi konservasi dan pertanian.
Tantangan di Lapangan Menurut Ahmad Royin
Pelaksanaan program konservasi di Jabungan, Banyumanik, Kota Semarang ini memang menghadapi beberapa kendala. Kontur tanah berbukit, musim kemarau panjang, hingga keterbatasan perawatan membuat tingkat keberhasilan tanaman belum optimal.
Bibit yang ditanam menjelang musim kemarau rata-rata memiliki tingkat hidup lebih rendah dibandingkan bibit yang ditanam saat musim hujan.
Di sisi lain, dukungan kelembagaan juga menjadi faktor penting. Hubungan antara kelompok tani, Perhutani, dan LindungiHutan kadang memerlukan waktu untuk sinkronisasi.
Beberapa kegiatan besar, seperti penanaman serentak yang melibatkan media, memang mampu menggerakkan masyarakat, tetapi tantangan teknis tetap muncul.
Baca Juga: 800 Pohon Alpukat Ditanam Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun di Kelurahan Jabungan Semarang
Ruang untuk Ditingkatkan
Warga Kelurahan Jabungan, Banyumanik menilai kontribusi LindungiHutan sudah sangat membantu, terutama dalam penyediaan bibit dan pembukaan akses terhadap program penghijauan.
Namun, ada harapan agar dukungan di masa depan juga mencakup aspek pendampingan dan peningkatan pengetahuan masyarakat.
“Harapannya ada pelatihan agroforestri, ada bantuan pupuk. Jadi bukan hanya bibit, tapi juga bimbingan untuk merawat tanaman jangka panjang,” kata Ahmad Royin.
Menurutnya, keberhasilan penghijauan tidak bisa hanya diukur dari jumlah bibit yang ditanam, tetapi dari seberapa banyak pohon yang dapat tumbuh hingga dewasa dan memberikan manfaat nyata bagi lingkungan serta ekonomi warga.

Secara ekologis, jika 10 ribu pohon alpukat berhasil tumbuh, maka kelak mampu menyerap lebih dari 200 ton karbon dioksida per tahun. Jumlah ini setara dengan emisi ratusan kendaraan bermotor yang beroperasi di kawasan perkotaan.
Dampak positif ini akan semakin terasa seiring bertambahnya tajuk pohon yang menahan erosi, memperbaiki kualitas tanah, dan menjaga ketersediaan air di Kelurahan Jabungan.
Harapan Warga Jabungan, Banyumanik
Meskipun belum semua manfaat dirasakan, masyarakat Jabungan, Banyumanik tetap melihat peluang besar dari program ini.
Dengan perawatan yang konsisten dan dukungan dari berbagai pihak, penghijauan di lahan seluas 32 hektare ini diyakini bisa memberi dampak nyata bagi lingkungan maupun ekonomi warga.
“Kalau LindungiHutan semakin sukses, tentu masyarakat juga ikut merasakan. Semoga ke depan sinerginya makin baik,” pungkas Ahmad Royin.

Kisah di Jabungan menunjukkan bahwa penghijauan adalah perjalanan panjang. Keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh jumlah pohon yang ditanam, tetapi juga oleh bagaimana semua pihak terlibat secara aktif.
Lembaga, pemerintah, komunitas, dan masyarakat perlu bersama-sama merawat pohon agar dapat memberi manfaat nyata bagi lingkungan dan ekonomi warga.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah-langkah kecil di desa ini turut mendukung upaya Kota Semarang menghadapi tantangan perubahan iklim, kekeringan, banjir, hingga krisis air yang kian nyata dari tahun ke tahun.
 
